h

Prinsip Bisnis Islam


Dunia bisnis bagi umat Islam bukanlah perkara baru, mereka mengenal dunia bisnis sudah lama. Yaitu sejak zaman nabi Muhammad Saw, beberapa shahabat telah menggeluti bisnis dengan menerapkan prinsip-prinsip dan dasar-dasar keislaman. Banyak di antara para shahabat yang menjadi pengusaha besar dan mengembangkan jaringan bisnisnya melewati batas teritorial Mekkah dan Madinah. Sebutlah Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin ’Auf.
Dengan menerapkan nilai-nilai keislaman dalam bisnisnya, mereka mampu menguasai pasar. Bagaimana tidak? Mereka berbisnis dengan jujur dan adil, tidak seperti orang-orang pada zaman jahiliyah di mana pasar adalah tempat segala bentuk kecurangan, penipuan dan sebagainya. Lalu nabi dan para shahabat datang dengan menawarkan konsep dan managemen bisnis syar’i, di mana antara penjual dan pembeli dalam melakukan transaksi berdasar atas suka sama suka, bukan atas dasar keterpaksaan.
Prinsip-prinsip dasar bisnis syar’i telah ditentukan batasan-batasannya dan sesuai dengan ajaran Islam. Antara laian adalah:
1. Niat yang baik
Niat merupakan pondasi dari setiap pekerjaan atau perbuatan. Jika niatnya baik, maka amal/usaha menjadi baik (ibadah), sebaliknya jika niatnya buruk maka amalnya jadi sia-sia. Ini tidak hanya berlaku untuk ibadah, tapi berlaku juga untu urusan muamalah. Sebagai wirausahawan muslim, harus menjadikan setiap aktivitas bisnisnya selain untuk mencari keuntungan dunia, juga untuk mencari ridha Allah Swt. Sehingga keberhasilan yang diaraih menjadi sebuah keberkahan dalam hidup dan bermanfaat untuk orang lain. Sebab, manusia yang baik adalah dia yang dapat memberikan manfaat pada orang lain.
2. Menjaga Prinsip-Prinsip Syariah
Sebagai agama, Islam tidak kaku dan tidak menyeru umatnya untuk berkonsentrasi pada urusan akhirat saja. Islam memberi keleluasaan untuk menjalankan perdagangan dan bisnis selama tidak tidak bertentangan dengan prinsi-prinsip keislaman. Lihat: QS. Al-Jumu’ah/62: 9-11. Apa saja bisnis/usaha yang bertentangan prinsip-prinsip syar’i. antara lain adalah bisnis barang yang diharamkan oleh Allah Swt, khamar dan judi. Lihat QS. Al-Baqarah/2: 219. Penipuan, riba dan lain sebagainya.
3. Berintraksi dengan Akhlak
Akhlak adalah sikap yang harus diterapkan dalam segala aspek kehidupan, karena salah satu misi nabi adalah untuk menyempurnakan akhlak. Tanpa akhlak, setiap orang akan berbuat berdasarkan kehendaknya sendiri tanpa memperdulikan kepentingan dan hak orang lain. Berikut adalah beberapa akhlak dasar yang diterapkan oleh nabi dan para shahabat dalam berniaga:
a. Jujur 
Sebagai wirausahawan muslim yang baik, harus menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dalam menjalankan bisnis. Karena kejujuran merupakan sarana untuk memperluas jaringan bisnis dan akan disukai banyak mitra. Dengan demikian, bisnis yang didasarka atas kejujuran akan bertahan lebih lama dan kesuksesan yang berkelanjutan. Bisnis yang dibangun dengan kebohongan, mungkin akan cepat berkembang, tapi kehancurannya juga akan lebih cepat. Buah dari kejujuran tidak hanya mendapatkan kesuksesan di dunia, tapi akan mendapatkan kesuksesan di akhirat, berupa surga. 
”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah Perkataan yang benar. niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. dan Barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar” (Q.S. Al-Ahzab/33 : 70-71)
Karena masifnya kebohongan di dalam pasar/perdagangan pada masanya, dan penting bersikap jujur supaya tidak merugikan orang lain, Rasul bersabda ”seorang pedagang yang jujur akan bersama para nabi, orang-orang yang jujur dan para syuhada” (HR. Bukhari)

b. Amanah 
Amanah merupakan salah satu sifat wajib bagi nabi. Sebagai seorang utusan, nabi harus amanah dalam menyampaikan risalah dari Allah Swt kepada umatnya. Sebagai seorang pemimpin, ia juga harus bertanggungjawab dan amanah dalam memimpin bawahannya. 
Amanah tidak hanya wajib bagi nabi, tapi pada kita sebagai umatnya juga harus amanah dalam segala hal. Amanah dalam menjaga sesuatu, baik berupa harta titipan, amanah menjaga rahasia perusahaan, amanah dalam bekerja, amanah dalam memberikan informasi atau laporan kepada atasan dan laib sebagainya. 
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui”.(QS. Al-Anfal/8 :27)
Amanah berati tidak menutup-nutupi aib yang ada dalam produk/dagangan supaya kelihatan sempurna, tidak juga menjelek-jelekkan sesuatu yang bagus dan sebaliknya. Tapi percayalah bahwa sikap ini tidak akan merugikan bisnis atau usaha kalian. Sebagai wirausahawan muslim, yang dikejar tidak hanya keuntungan besar dari hasil kebohongan, lebih dari itu yaitu keberkahan.

c. Toleran/Tasamuh
sikap toleran akan memudahkan seseorang dalam menjalankan bisnisnya. Misalnya mempermudah terjadinya transaksi dan kerja sama, mempermudah hubungan pada calon pembeli/nasabah dan mitra. 
“dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya”. (QS. Al-Maidah/5: 2)

Menjalankan prinsip-prinsip syar’i dalam berniaga bukanlah perkara mudah, butuh latihan secara konsisten, kesabaran dan ketabahan. Tapi bukan alasan untuk mengabaikannya. Selain sebagai kewajiban, tentu saja dibalik perintah Allah Swt untuk selalu berbuat adil, jujur dan amanah dalam berniaga ada kemudahan dan keberkahan jika dijalankan dengan sabar dan ikhlas. Allah Swt sudah mengukur kemampuan masing-masing hambanya, jadi tidak mungkin membebaninya di luar kemampuan hambanya. Lihat: QS. Al- Baqarah/2: 268. (Allah Swt tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya).

Kemajuan teknologi merupakan tantangan baru bagi kita, maka untuk mengimbangi kemajuan teknologi kita dituntut untuk selalu meng-update ilmu kita. Dalam sebuah riwayat dinyatakan, bahwa di setiap penghujung abad, pasti lahir seorang pembaharu yang dapat mengimbangi kemajuan zaman. Kemajuan teknologi selain menjadi tantangan, juga menjadi peluang bagi kita dalam berbisnis. Bagi sebagian orang yang tidak mau belajar mungkin dianggap sebagai tantangan yang sangat besar, tapi bagi mereka yang terus belajar ini merupakan peluang besar. Itulah sebabnya, kewajiban mencari ilmu itu tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Dalam sebuah riwayat dikatakan ”tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahat”.
Dalam salah satu ayat Al-Qur’an, Allah Swt mempersilahkan jin dan manusia untuk mengelilingi planet, asalkan punya ilmu. ”Wahai golongan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (ilmu)”. QS. Al-Rahman/55: 33.
Lewat al-Qur’an dan Hadis, Islam merespon perkembangan zaman dari masa ke masa, maka kemajuan teknologi jangan dijadikan alasan untuk berpangku tangan dan tidak berusaha mengejar ketertinggalan pola pikir dari orang Barat.
Share:

ABAF Amanah & Digital

Merujuk pada sejarah awal lahirnya Islam sebagai agama yang berhasil menarik simpati masyarakat dalam waktu yang relatif singkat hingga tersebar ke seluruh penjuru. Tentu ini tidak ditempuh dengan mudah. Apa lagi hal ini kaitannya dengan keyakinan, mengubah keyakinan seseorang yang sudah ratusan tahun dijalaninya tentu berat tantangannya. 

 Tapi karena nabi dapat menunjukkan valeu Islam kepada masyarakat. Nabi Muhammad sebagai pembawa dan Islam sebagai agama yang ditawarkan ke masyarakat sama-sama punya nilai lebih (value) dibandingkan dengan keyakinan yang dianut masyarakat Mekkah sebelum lahirnya Islam. Pengerdilan terhadap kaum perempuan, ketidakadilan, kezaliman, perbudakan dan budaya-budaya jahiliah lainnya yang jauh naluri kemanusiaan. Nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam menentang semua budaya-budaya jahiliah yang tidak sesuai dengan naluri kemanusiaan menjadi tawaran konsep beragama baru yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian, itulah sebabnya Islam mudah sekali diterima oleh masyarakat Mekkah meski mereka sudah bertahun-tahun menyembah berhala. Kesesuaian antara ajaran Islam dengan naluri kemanusiaan yang menjadi salah satu sebab diterimanya Islam sebagai agama dan berkembang dengan pesat dalam hitungan waktu yang relatif singkat. Diperkuat dengan sikap nabi Muhammad sebagai pembawanya yang dibekali dengan akhlak mulia. Selalu amanah dan jujur dalam berdakwah, baik pada rakyat kecil maupun kalangan bangsawan. 

 Berbicara soal nilai, maka setiap sesuatu harus punya nilai. Baik dalam kaitannya dengan lembaga, organisasi, perusahaan maupun produk. Apa lagi yang lahirnya belakangan, harus punya nilai lebih dari pendahulunya. kalau tidak, maka tidak akan dilirik orang. Misalnya Google dengan Yahoo, karena nilai yang dimiliki Google lebih unggul dari pada Yahoo, maka Google lebih banyak diminati oleh masyarakat meski lebih awal Yahoo. Masih banyak contoh-contoh yang serupa yang tidak mungkin disebutkan semuanya di sini. BMT ABAF sebagai lembaga keuangan syariah, bukanlah yang pertama hadir di Indonesia dan secara khusus di Bekasi. Sudah ada ratusan lembaga keuangan syariah lainnya yang secara kelembagaan sudah mapan dengan aset miliaran rupiah. Bahkan belakangan ini lembaga keuangan syariah seperti BMT dan Koperasi diterpa stigma negatif dari masyarakat karena adanya beberapa kasus penipuan hingga terorisme yang memanfaatkan nama BMT/Koperasi dalam penggalangan dana. Ini adalah beban moral bagi BMT-BMT yang baru terbentuk untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat. Atas dasar itulah BMT ABAF hadir antara lain untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat dengan valeu: Amanah, Berkah, Aman dan Fleksibel. Dari sisi teknologi, ABAF kembali kepada kaidah ushuliyah yang sangat fenomenal “Memelihara yang lama yang masih baik dan mengambil yang baru yang lebih baik”. 

Secara teknologi, meski tergolong BMT baru, ABAF menggunakan teknologi yang canggih seperti bank-bank digital yang berkembang saat ini. ABAF tidak hanya membangun dan mengkampanyekan nilai-nilai syariah kepada masyarakat dengan memanfaatkan masyarakat yang fanatik terhadap agama, meminta orang beralih dari bank-bank konvensional ke BMT/Koperasi Syariah, tapi lebih fokus pada kampanye digitalisasi Koperasi/BMT dengan tetap mempertahankan nilai-nilai keislaman. Sehingga siapapun yang menjadi anggota ABAF bukan karena adanya paksaan atau karena beban agama. Menjadi anggota ABAF karena sesuai dengan kebutuhan, yaitu kemudahan dalam bertransaksi, kemudahan dalam permodalan dan sebagainya. Itulah sebabnya saya sangat yakin bahwa ABAF akan mudah mendapatkan tempat di hati masyarakat, terutama di kalangan milenial.
Share:
Diberdayakan oleh Blogger.

Recent Posts