(Sebaik-baik Umat)
Oleh: Khairul Anam
Umat Islam mendapat gelar khaira ummah bukan
lantaran menganut agama yang terakhir kali turun sebagai penyempurna dari
agama-agama yang ada sebelumnya. Sebagai agama bungsu, Islam mempunyai ajaran
yang mencakup seluruh alam, tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Tidak seperti
ajaran-ajaran agama sebelumnya yang terbatas oleh ruang tertentu.
Gelar khaira ummah yang Allah berikan untuk umat
Islam tentu bukan tanpa dasar yang kuat. Paling tidak ada tiga poin penting
mengapa umat Islam layak mendapat gelar khaira ummah dari Allah. Pertama,
Islam adalah tergolong agama yang sangat toleran dan lemah lembut, terhadap
pemeluknya maupun penentangnya. Mengajak orang untuk memeluk agama Islam pun
tidak dibenarkan dengan cara kekerasan, arogansi dan memaksa. Cukup
menyampaikan ajaran-ajarannya kepada mereka dengan baik dan lembut. “Maka
berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekitarmu”.
Kewajiban umat Islam adalah menyeru kebaikan dengan baik
dan lembut, bukan menyeru terhadap kebaikan tapi dengan cara-cara yang tidak
baik. Persoalan mereka ikut terhadap ajakan kita adalah perkara lain di luar wilayah
manusia. Sebab hanya Allah lah yang dapat memberikan petunjuk terhadap orang
yang Ia kehendaki. (Al-Qashas: 56)
Al-Qur’an sebagai pedoman utama umat Islam menuntun
manusia untuk selalu bekerja keras, berkreasi dan berinovasi. Karena Islam
tidak menutup diri terhadap perkembangan zaman dan teknologi. Dalam salah satu
ayat al-Qur’an Allah mempersilahkan manusia dan bangsa Jin untuk menembus bulan
“jika mereka mampu”, tawaran ini harus dipahami sebagai sebuah isyarat bahwa
manusia dengan kemampuan akalnya dapat menembus planet bulan.
Kedua, setelah perintah menyeru terhadap
kebaikan, selanjutnya mencegah kemungkaran. Kemungkaran adalah sesuatu yang
dibenci dalam Islam, maka dalam mencegahnya pun tidak dibenarkan dengan
cara-cara yang mungkar. Apalah artinya mencegah kemungkaran, tapi dengan
cara-cara yang mungkar. Bukankah ini kemungkaran melahirkan kemungkaran baru
dan begitu seterusnya.
Salah satu bentuk kemungkaran adalah kehidupan yang
statis, berpangku tangan, tidak berkreasi, tidak berinovasi, tunduk pada
keadaan dan menunggu belas kasihan orang. Sikap-sikap seperti ini sangat
dikecam dalam Islam. Tidak ada satupun ajaran Islam yang membenarkan sikap
pemalas dan frustrasi. Maka orang-orang seperti ini harus diajak terhadap
kebaikan, dengan membangkitkan semangatnya dan menyadarkan mereka supaya
menjadi semangat dan inovatif.
Ketiga, beriman kepada Allah. Keimanan bukan
semata pengucapan dalam lisan. Lebih dari itu apa bila seseorang mampu
menterjemahkan dan mewujudkan mimpi-mimpi Allah yang tertuang dalam kitab suci
umat Islam. Kesempurnaan keimanan kepada Allah tidak bisa dicapai hanya dengan
mengerjakan rukun iman yang enam semata. Keenam rukun iman itu sebagai induk
dari kewajiban-kewajiban yang lainnya. Kerukunan dan sifat saling menghormati
dan menghargai serta persatuan dan kebersamaan dapat kita temukan dalam
perintah dan pelaksanaan shalat, dan begitu seterusnya.
Iman kepada Allah berarti menyatakan kesanggupan untuk
tunduk dan patuh terhadap syariat-Nya, baik berupa perintah dan larangannya.
Jangan merasa beriman kepada Allah kalau di sekitarnya masih banyak orang
kelaparan sementara kamu hidup bermegah-megahan. Jangan pula kamu berasa
beriman kalau suka mengadu domba satu sama lainnya, suka mengecilkan dan tidak
menghargai orang lain. Sifat-sifat sepeti itu sama sekali tidak dicontohkan
oleh nabi.
Khaira Ummah Dalam Konteks Kekinian
Dalam konteks kekinian, khaira ummah adalah umat
yang kuat dalam pendidikan, ekonomi dan moral. Pertama, pendidikan.
Islam bukan agama yang anti pendidikan, justru dalam banyak ayat maupun hadis
nabi perintah untuk menuntut ilmu sangat banyak dan tidak dibatasi oleh ruang
dan waktu. Dipersilahkan menuntut ilmu sampai kapanpun dan kemanapun.
Maksimalkan akal yang telah Allah anugerahkan untuk merenungkan ayat-ayat-Nya,
baik ayat Qauliyah dan terutama Kauniyah. Penguatan literasi
sejatinya selalu ditekankan pada umat Islam sebagaimana dulu ia berjaya, dan melahirkan
banyak tokoh dari berbagai disiplin keilmuan, sehingga umat Islam dahulu
sebagai penemu teori bukan penikmat. Berbeda dengan sekarang, di mana umat
Islam hanya sebagai konsumen dari hasil temuan orang-orang barat. Situasi ini
berbalik karena lemahnya literasi umat Islam, yang seolah-olah menjadi umat
pemalas.
Pola pendidikan dari masa ke masa harus diupgrade, tidak
mesti mengikuti pola-pola yang lama, yang hanya mengandalkan kekuatan telinga
dengan metode pidato, harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kenyataan zaman.
Inovasi dalam pengelolaan pendidikan harus terus dikembangkan agar kita bisa
belajar di mana saja dan kapan saja. Sehingga buruh yang masuk kerja tiap hari
pun mendapatkan pendidikan yang cukup, dan pola pikirnya akan terus berkembang
sehingga tidak menjadi buruh selamanya.
Lahirnya aplikasi “Ruang Guru” adalah salah satu contoh
inovasi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan generasi sekarang. Sehingga
siapa saja dapat belajar melalui aplikasi tersebut tanpa rasa malu karena sudah
berusia. Mereka pun bisa belajar apa saja di luar bidang yang ia tekuni. Bisa
belajar di mana saja hanya lewat genggaman tangan. Tapi kenyataan di lapangan
tidak selalu sejalan dengan apa yang kita inginkan, faktanya masih banyak
orang-orang yang pikirannya KUDET, padahal media belajar sudah sangat gampang.
Makan tantangan berikutnya adalah bagaimana menyadarkan mereka akan pentingnya
pendidikan dan ilmu pengetahuan. Lihat saja mereka yang tidak belajar, lambat
laun akan ditinggalkan dan tidak dibutuhkan oleh siapapun.
Kedua, penguatan ekonomi. Salah satu tolak
ukur kemajuan sebuah bangsa adalah penguasaan dan kekuatan di bidang ekonomi.
Kekuatan di bidang ekonomi akan sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat. Lihat saja negara-negara miskin di dunia ini lalu bandingkan dengan
negara-negara adidaya, bagaimana kehidupan warga masing-masing negara tersebut.
Kalau masyarakatnya setiap hari hanya memikirkan apa yang akan di makan hari
ini, dan tidak punya waktu untuk memikirkan masa depan. Bagaimana sebuah bangsa
bisa maju dengan kondisi masyarakat seperti ini?
Islam tidak melarang umatnya untuk menjadi kaya, justru
menyeru untuk bekerja keras dan berinovasi dan mencela orang yang bermalas-malasan.
Dalam surah al-Jumu’ah Allah menyeru umat Islam untuk bertebaran di muka bumi
mencari karunia Allah. Tidak ada larangan sama sekali untuk bekerja selama
tidak mengabaikan kewajiban-kewajiban yang lainnya, berupa shalat dll.
Dalam Surah al-Insyirah misalnya, Allah membangun sifat
optimisme dan kerja keras. Berapapun kesulitan yang tengah kau hadapi, tetaplah
optimis dan bekerja keras dan setelah engkau selesai dari suatu pekerjaan,
tetaplah bekerja keras untuk pekerjaan yang lain dan hanya kepada Tuhanmu lah
engkau berharap. Dengan bekerja keras seseorang akan mampu memenuhi
kebutuhannya dan dapat menggapai kesuksesan yang hakiki, baik jasmaniah maupun
rohaniah.
Umat Islam harus survive dalam merespon kemajuan Financial
Tehnologi yang terus berkembang dan menyasar hingga masyarakat menengah ke
bawah. Kemajuan teknologi harus kita manfaatkan untuk mengimbangi kemajuan dan
tuntutan zaman. Kalau kita tidak cepat dalam merespon fintech maka kita
hanya akan menjadi konsumen dari produk-produk lembaga keuangan konvensional.
Kita punya konsep ekonomi yang cukup bagus dan tentu disukai oleh masyarakat
umum, hanya saja kita ketinggalan dalam hal teknologi. Konsep ekonomi kita
adalah berkeadilan dan tidak memberatkan.
Sejarah membuktikan bahwa salah satu faktor kemandirian
dan kejayaan Islam adalah kekuatan dan kemandiriannya dalam bidang ekonomi dan
perdagangan. Cermati beberapa kisah sahabat nabi yang kaya raya, seperti Ustman
bin Affan dan Abdurrahman bin Auf. Hemat saya, salah satu faktor kesuksesan
dakwah nabi adalah karena didampingi oleh sahabat yang komplit. Ada yang
pemberani seperti Umar, ada yang bijaksana seperti Abu Bakar, ada yang pintar
seperti Ali dan ada yang kaya seperti Utsman.
Rumusan sistem bisnis Islam jika dielaborasi dengan
teknologi dan didesain menurut selera pangsa pasar modern akan menjadi sesuatu
yang menarik terutama di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam.
Antusiasme umat Islam dalam fintech dapat kita lihat dari perkembangan
dan menjamurnya lembaga-lembaga keuangan berbasis syariah baik berupa bank
maupun koperasi. Puncaknya adalah ditandai dengan diresmikannya PT. Bank
Syariah Indonesia Tbk (BSI) oleh Presiden Joko Widodo pada tahun 2021. BSI
merupakan merger dari tiga bank syariah milik BUMN yaitu PT. Bank BRI Syariah,
PT. Bank Syariah Mandiri dan PT. Bank BNI Syariah.
Diresmikannya BSI adalah bukti nyata bagi perkembangan
ekonomi syariah di Indonesia, pertumbuhannya dari tahun ke tahun terus naik.
Pada tahun 2018 ekonomi syariah berada di peringkat ke-10 dunia, pada tahun
2019 melesat ke peringkat 5 dan pada tahun 2020 menjadi peringkat ke-4. Dari
sisi kinerja, menurut Presiden Joko Widodo kinerja perbankan syariah di
Indonesia lebih baik dibandingkan dengan perbankan konvensional.
Ketiga, moralitas atau akhlak. Perubahan dari
satu masa ke masa berikutnya tidak dapat kita hindari, perubahan ini terjadi
hampir di seluruh sektor kehidupan, dan perubahan itu ada yang bersifat positif
dan ada pula yang negatif. Salah satu contoh adalah kemajuan di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi. Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi
diharapkan dapat membentuk masyarakat Madani baik di kalangan remaja
maupun bangsa. Kenyataannya justru sebaliknya, nilai-nilai kesopanan, menghargai
orang tua dan prilaku baik (ahlak) semakin jarang kita temui dari kalangan
remaja dewasa ini. Bukan karena pendidikan mereka rendah dan berpengetahuan
dangkal. Kemajuan ilmu pengetahuan dan penguasaan teknologi ternyata tidak
menjamin moral bangsa menjadi lebih baik.
Kenapa Akhlak/moral menjadi penting dalam kehidupan
bermasyarakat atau bernegara? Hemat saya, akhlak yang baik menjadi salah satu
penentu keberlangsungan bermasyarakat dan negara. Tatanan sosial yang berakhlak
akan berdampak terhadap keamanan dan kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari. Kita
tidak akan dipertontonkan lagi dengan tindakan-tindakan yang tidak bermoral
seperti perampokan, pembegalan, pemerkosaan di ruang umum, pengrusakan
fasilitas publik, korupsi dan tindakan-tindakan amoral lainnya.
Oleh sebab itu, salah satu misi penting diutusnya nabi
Muhammad adalah untuk menyempurnakan akhlak, bukan hanya mengajak umatnya untuk
menyembah Allah dan meng-Esakannya serta menyebarkan syariat Islam. Bentuk
dakwah nabi tidak hanya mengajak orang untuk ber akhlak mulia, beliau sekaligus
memberi contoh kepada umatnya. Itulah sebabnya Allah menyebutnya sebagai uswatun
hasanah. Gelar ini beliau dapat karena sikap dan perilaku serta
perkataannya selalu mengandung kebaikan. Tidak seperti kebanyakan orang saat
ini, antara ucapan dan perilakunya berseberangan.
Maka salah satu syarat penting untuk menjadi khaira
ummah adalah moral yang baik dan terpuji, sehingga tercipta kenyamanan dan
keamanan dalam bermasyarakat maupun bernegara.